Pendahuluan: Thermal Mass vs Pitot Flow Meter
Dalam industri modern, udara terkompresi adalah salah satu utilitas penting yang mendukung hampir seluruh lini produksi—mulai dari pabrik makanan & minuman, otomotif, tekstil, pulp & paper, hingga manufaktur komponen elektronik. Namun di sisi lain, sistem udara terkompresi juga dikenal sebagai salah satu sumber konsumsi energi terbesar di industri. Karena itu, pengukuran flow udara yang akurat menjadi kebutuhan utama untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya operasional, dan mendukung program energy saving.
Dua teknologi flow meter yang paling populer untuk pengukuran udara terkompresi adalah Thermal Mass Flow Meter dan Pitot Tube Flow Meter. Keduanya tersedia dalam seri produk SUTO, seperti S401 / S415 / S418 (thermal mass) dan S430 (pitot). Masing-masing menawarkan keunggulan tersendiri tergantung kondisi udara, lokasi instalasi, dan kebutuhan monitoring.
Mengenal Thermal Mass Flow Meter
Cara Kerja
Thermal mass flow meter bekerja berdasarkan prinsip pendinginan elemen panas oleh aliran udara. Sensor memanaskan elemen dengan daya tertentu, dan perubahan temperatur akibat aliran udara menjadi dasar perhitungan mass flow.
Keunggulan Utama
- Akurasi tinggi pada aliran rendah hingga sedang.
- Ideal untuk udara kering, terutama setelah dryer.
- Mengukur mass flow secara langsung tanpa memerlukan kompensasi suhu dan tekanan.
- Sangat cocok untuk point-of-use dan pemantauan konsumsi per mesin.
- Respons cepat terhadap perubahan aliran.
Kekurangan
- Tidak ideal untuk udara basah atau kotor.
- Elemen sensor sensitif terhadap oil carry-over atau partikel.
- Kurang cocok untuk titik keluaran langsung dari kompresor.
Mengenal Pitot Tube Flow Meter
Cara Kerja
Pitot tube bekerja berdasarkan pengukuran perbedaan tekanan antara tekanan stagnasi dan tekanan statis. Pada seri seperti SUTO S430, sensor dirancang tahan terhadap kondisi udara yang lebih ekstrem.
Keunggulan Utama
- Tahan udara basah, panas, dan dirty air.
- Dapat dipasang under-pressure (tanpa menghentikan produksi).
- Cocok untuk pipa besar dan aliran tinggi.
- Ideal untuk pengukuran di outlet kompresor, sebelum dryer, atau area dengan kondensat tinggi.
- Umur sensor relatif panjang dan kebutuhan perawatan rendah.
Kekurangan
- Akurasi pada aliran rendah tidak setinggi thermal mass.
- Membutuhkan kompensasi suhu dan tekanan (biasanya sudah otomatis dalam perangkat modern seperti S430).
- Lebih sensitif terhadap turbulensi, sehingga membutuhkan panjang pipa lurus yang cukup.

Thermal Mass vs Pitot: Perbandingan Teknis
Untuk memudahkan, berikut adalah perbandingan antara kedua jenis flow meter ini dalam tabel ringkas:
Tabel Perbandingan Thermal Mass vs Pitot
Parameter | Thermal Mass Flow Meter | Pitot Tube Flow Meter (S430) |
Kondisi udara | Harus kering, bersih | Bisa basah, panas, dirty air |
Lokasi instalasi ideal | Point-of-use, setelah dryer | Outlet kompresor, pipa utama |
Rentang aliran | Rendah hingga sedang | Sedang hingga sangat tinggi |
Akurasi | Lebih tinggi pada low flow | Sangat baik untuk high flow |
Perawatan | Sensitif terhadap kontaminan | Relatif rendah |
Instalasi | Biasanya perlu shutdown | Bisa under-pressure via ball valve |
Biaya kepemilikan | Medium | Medium – tergantung ukuran pipa |
Kompensasi T/P | Tidak perlu | Perlu (biasanya sudah built-in) |
Kapan Anda Harus Memilih Thermal Mass Flow Meter?
Pilih thermal mass flow meter jika kondisi berikut terpenuhi:
- Jika udara kering dan bersih
- Jika Anda ingin mengukur flow per mesin atau per line
- Jika membutuhkan akurasi tinggi pada flow rendah
- Jika membutuhkan data energi yang akurat
Kapan Anda Harus Memilih Pitot Tube Flow Meter?
Pilih pitot (S430) jika Anda memiliki kondisi berikut:
- Jika udara basah, panas, atau belum melalui dryer
- Jika Anda ingin memasang tanpa menghentikan produksi
- Jika pipa berdiameter besar
- Jika Anda ingin mengetahui total flow dari kompressor room

Dampak Pemilihan Flow Meter yang Tepat pada Efisiensi Energi
Pemilihan flow meter bukan hanya soal akurasi, tetapi berpengaruh langsung pada efisiensi energi dan biaya operasional.
Bagaimana Flow Meter Membantu Penghematan Energi?
- Mendeteksi kebocoran lebih cepat
Kebocoran bisa menyedot 20–40% energi kompresor—flow meter membantu mendeteksinya melalui perbedaan konsumsi malam hari vs beban produksi. - Mengoptimalkan kapasitas kompresor
Data aliran dari titik utama dapat membantu menentukan apakah kompresor kebesaran, terlalu banyak idle-run, atau sering unload. - Monitoring real-time
Flow meter SUTO dapat terhubung ke PLC, SCADA, atau monitoring cloud, memudahkan analisis tren pemakaian energi. - Mengukur konsumsi per departemen
Thermal mass pada line produksi memberikan data akurat konsumsi udara tiap unit, sangat penting untuk perhitungan cost allocation. - Mendukung ISO 50001 / energy management
Audit energi wajib menggunakan data akurat—flow meter adalah instrumen wajib untuk sertifikasi ini.
Rekomendasi Pemilihan Flow Meter SUTO Berdasarkan Aplikasi
Berikut rekomendasi praktis yang sering digunakan perusahaan industri:
- Outlet Kompresor / Main Line
SUTO S430 (Pitot Tube)
Sangat tahan kondisi ekstrem dan akurat untuk aliran besar.
- Setelah Dryer / Pipa Kering
SUTO S415 atau S418 (Thermal Mass)
Akurasi tinggi, cocok untuk pemakaian energi.
- Pengukuran Per Mesin
SUTO S401 / S415
Ideal untuk low–medium flow, respons cepat, dan mudah integrasi.
- Monitoring kompresor ke beberapa line
Kombinasi S430 + Thermal Mass
S430 untuk total flow, thermal mass untuk line distribution.
Kesimpulan
Memilih antara thermal mass vs pitot flow meter tergantung kondisi udara, lokasi instalasi, dan tujuan pengukuran. Thermal mass sangat unggul untuk udara kering, pengukuran detail, dan konsumsi per line. Sementara pitot tube seperti SUTO S430 lebih unggul untuk udara basah, panas, aliran besar, dan instalasi tanpa downtime.
Jika Anda ingin sistem compressed air yang efisien, akurat, dan mudah dipantau, kombinasi kedua teknologi ini sering menjadi solusi terbaik.

























